kalau soal agama, Mario Teguhpun ‘menyerah’
Ternyata memediasi perselisihan pertemanan, rumah
tangga, bisnis, politik lebih mudah dibanding perselisihan agama. Orang
yang berusaha memediasi atau menengahi justru akan dimusuhi. Kabarnya
Mahamtma Gandhi dibunuh oleh pengikutnya sendiri seorang Hindu fanatik
karena dia dianggap terlalu dekat dengan kelompok Muslim. Mungkin
sebagai pemimpin dia ingin setiap anak bangsa hidup berdampingan secara
damai. Tapi selalu ada kelompok fanatik di tiap agama.
Kemarin di halaman
facebook Mario Teguh
ada postingan yang membuat saya semakin yakin bahwa kalau kita bicara
agama yang timbul adalah perselisihan, permusuhan dan ketidaknyamanan.
Saya akan
quote kiriman itu :
Sahabat saya yang baik hatinya,
Saya harus memohon maaf kepada Anda karena posting mengenai
AGAMA ADALAH PEMBAIK
saya hapus, karena perilaku beberapa orang yang merendahkan sesama karena keyakinannya bahwa agamanya adalah yang paling benar.
MTGW dan MTFB bukanlah tempat untuk mengunggul-unggulkan agama,
keyakinan, ideologi, atau partai tertentu; sehingga kami sangat tegas
menghapus posting atau bahkan keanggotaan orang-orang yang belum ikhlas
menjadikan dirinya rahmat bagi sesamanya.
Kepada Anda yang HATINYA baik,
Saya memohon maaf dan pengertian baik Anda.
Terima kasih dan salam super,
Mario Teguh
Kemarin
postingan yang Pak Mario sebutkan (AGAMA ADALAH PEMBAIK) masih ada
walaupun semua postingan komentar sudah dihapus, hari ini postingan itu
benar-benar telah lenyap.
Saya juga
pernah menengahi perselesihan dua teman saya karena kasus SARA. Dua
duanya adalah teman SMP yang saya ‘temukan’ di fecebook setelah belasan
tahun hilang kontak. Sebenarnya ini adalah ketidak sengajaan teman saya
yang Kristen berteman dengan teman yang suka menghina agama lain
(Islam). Dia di-tag suatu postingan link yang isinya menghina Nabi. Nah, karena tidak ada settingan privacy,
teman saya yang Muslim membaca link tersebut dan merasa sangat marah.
Tanpa konfirmasi lagi teman saya yang muslim ini langsung menelepon dan melabarak teman saya yang Kristen. Kemarahannya seperti ini : “Eh
vie (nama teman saya yang Kristen) emang teman elo kayak gitu semua ya?
Bilangin temen lo kalau berani jangan cuma di facebook.” Teman
saya yang Kristen yang merasa tidak bersalah sangat tersinggung dengan
“serangan mendadak” tersebut dan memutuskan untuk me-remove teman saya yang melabraknya itu dari friendlist-nya.
Sejak saat itu
karena solidaritas seiman teman-teman saya yang Muslim dan yang Kristen
pecah walaupun tidak semuanya. Saya tetap berteman dengan teman saya
yang Kristen itu di facebook. Dan bulan ini adalah dua tahun kami
dipertemukan di dunia nyata dalam reuni SMP. Untuk mengenang reuni itu
saya membuat tulisan (notes) di facebook. Dalam tulisan itu saya ingin
agar “perang dingin” itu diakhiri. Saya menyebutkan ada empat hal yang
menyebabkan pecahnya persahabatan kami yaitu : gak bisa jaga
privacy, CLBK, hutang piutang, dan SARA. Ternyata di poin terakhir
(SARA) itu yang masih menimbulkan perdebatan. Komentar di notes saya isinya justru pelampiasan kasus SARA tersebut. Maksud tulisan saya untuk mendamaikan tapi justru menyulut ‘perang baru’.
Dari kasus
Mario Teguh di atas dan kasus saya tadi saya jadi pesimis bahwa kasus
GKI Yasmin akan selesai. Kalau ada tokoh Muslim yang mencoba memediasi
pasti akan dimusuhi. Saya sering melawati jalan dimana kasus GKI Yasmin
itu berada. Biasanya hari minggu jalanan ke arah Taman Yasmin itu
ditutup, semua kendaraan dialihkan ke jalan Taman Cimanggu. Selalu ada
dua kubu yang berseberangan yang “dipagari” oleh satpol PP atau Brimob.
Pihak Kristen beribadah di trotoar sementara pihak Muslim tak jauh dari
tempat itu sambil mengangkat spanduk-spanduk protes. Beberapa spanduk
yang pernah saya baca : “Kami tidak takut!”, atau : “Pihak luar yang gak
tau apa-apa jangan ikut campur!” Hmm.. semakin runyam saja. Kalau
masing-masing saling ngotot sampai kapanpun tak akan selesai kasusnya.
Orang rela mati demi agama walaupun dia bukan seorang yang benar-benar
tahu inti ajaran agama. Itulah masalahnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar